Rabu, 27 April 2011

Kalimantan Oh Kalimantan

Mahkota Untuk Laila


“ Barang siapa yang menghafalkan Al-Quran, maka dia bisa menolong kedua orangtuanya kelak dan memberikan kemuliaan kepada mereka yaitu mempersembahkan mahkota indah kelak “   sebuah nasehat yang dilontarkan oleh Seorang Perempuan wakil DPR RI, Ketua Yayasan Wanita sekaligus ibu dan Istri yang begitu peduli dengan keluarganya. 
Kadang saya bingung, kok ada yang bisa mengerjakan berbagai pekerjaan sangat banyak dalam satu waktu dengan sangat baik. Mungkin ini namanya keberkahan yang ALLAH berikan kepada penghafal Qur’an. Kemudahan ditengah kepadatan waktu. Keberkahan yang diberikan sehingga dapat mengerjakan banyak hal dengan baik. Kadang dibandingkan diri sendiri  bisa membuat malu tidak ‘ketulungan’. Dengan aktivitas tidak seabrek “Ibu DPR RI” tilawahnya belum dapat 1 juz tiap hari apalagi meluangkan waktu untuk menghapal. Mungkin karena kita tanpa sadar telah “menomorduakan” Al-Quran atau bahkan menomor-sekiankan, maka jangan salahkan ketika Al-Quran pun menomor-duakan dan menomor-sekiankan kita. Bukankah apa yang kita dapatkan selalu berbanding lurus dengan apa yang  kita lakukan juga.  Kalau kata penghapal Qur’an bekerja, mencari uang, belajar, berinteraksi dengan orang, berniaga adalah sambilan. Sementara pekerjaan utama adalah menjaga hapalan kita.  Agak tertohok, ketika mendengar kalimat tadi. Mencoba bercermin dan menelisik ke dalam diri. Rasanya salah termasuk salah seorang yang termasuk di dalamnya.  Lebih memilih menghabiskan waktu di depan laptop untuk buka facebook update status yang kurang penting. Lebih memproporsikan waktu banyak untuk belajar. Namun ternyata waktu banyak belajar tidak menjamin kita akan semakin pintar. Bolehlah kita meluangkan waktu tiga atau lima jam sehari untuk belajar materi kuliah, tapi kok juga tidak paham-paham  juga.  Sudah belajar semalaman, eh ketika ujian besok kok lupa. Padahal tadi malam sudah baca, hapal malah.  Bolehlah kita berikhtiar maksimal dengan belajar untuk persiapan ujian besok, tapi banyak dari kita yang tanpa sadar telah “sombong” iya sombong terhadap ALLAH.  Mengapa?? Kok sombong ? Ya, kita telah belajar semaleman, tapi kita lupa tidak ber’doa meminta kemudahan kepada-Nya. Di pikiran kita, kalau sudah belajar, besok pasti bisa sukses lah ujiannya. Bukankah ALLAH pemilik takdir? Dia berhak menentukan takdir dari setiap jiwa hamba-Nya. “Ketika dia kecewa kepada kita karena lupa mengikutsertakan-Nya di aktivitas kita, di setiap peristiwa yag kita alami, boleh dong ALLAH juga menegur kita tidak memudahkan kita mengerjakan ujian bahkan menggagalkannya. Dia kan sang pemilik ilmu sejati. Maka di setiap apapun aktivitas kita, selalu ikut sertakan ALLAH di dalamnya, supaya setiap gerak dan langkah kita bernilai Ibadah. Mau dong, semua aktivitas kita dinilai ibadah, iya kan? Lalu bagaimana kita (baca: perempuan) dapat selalu mengikutsertakan ALLAH di setiap aktivitas kita??
 Laila gadis berusia 16 tahun itu sedang berhasrat memiliki handphone ber-mp3. Tak berani dia berangan-angan mempunyai handphone BlackBerry seperti teman-temannya. Setelah mensearching kira-kira, dia tetapkan handphone second bermp-3 seharga 200 ribu. Bagaimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu?? Akhirnya dia coba untuk berbicara kepada orangtuanya. Dalam benaknya, selama jadi juara kelas bahkan satu sekolah belum pernah dia meminta hadiah, mungkin ini saatnya. Tapi, apakah mungkin ayah dan ibu juga punya uang sebanyak itu?? Segera ia tepis pikirannya, berpositiv thingking, berusaha dulu, hasilnya serahkan pada ALLAH. Setelah berjalan, berada diantara ayah dan Ibu. Melihat tetesan keringat mereka dan wajah lelah itu, langsung memangkas habis keberanian laila untuk mengutarakan maksudnya.
“Ngajar saja la”!! saran amir teman laila.
Bagaikan setetes air harapan ditengah gurun pasir. “Kamu ada lowongan nda?”, Tanya laila kepada Amir. Singkat cerita laila mendapatkan anak yang mau les privat dengannya, namun tidak ada hitungan jam Laila diusir, karena dianggap tidak layak mengajar.
“Ternyata susah, mencari uang”, curhat Laila.
Beberapa hari kemudian…
Ayah Laila datang dan memberikan hp bermp-3 bekas seharga Rp 135.000 seperti impiannya.  Laila menagis. Keesokkan harinya langsung ia isi hp bermp-3 nya itu dengan murottal dan didengarkannya tiap waktu.  Ketika menunggu angkot, tidak ada pekerjaan lain. Kaau dibuat judul cerita Laila dan Suaminya (Si Handphone).  Laila seneng tiada kepalang karena cita-citanya untuk dapat menghapal Al-Qur’an mendapat jawaban dari ALLAH. Dalam sehari dia sudah mengulang surat abasa, hapalannya 61 kali. Bahkan dia hapal tanpa dia harus menghapal.
Dalam kurun waktu 3 tahun Laila sudah menghapal 30 juz Al-Qur’an. Dan hanya 18 kali bersms-an dan 5 kali menelpon.
Subhanallah..Betapa kuat dan besarnya azzam Laila untuk mendapatkan Hp yang ternyata bukan seperti remaja kebanyakan saat ini, yang menggunakan Hp untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
Laila gadis kecil 16 tahun saja, punya tekad dan cita –cita untuk menjadi hafizah dan berhasil mewujudkannya dalam waktu yang tergolong singkat.
Tidak malukah kita yang mempunyai Hp lebih canggih setingkat BlackBerry tapi kebermanfaatannya ternyata tidak sebesar hp  bekas seharga Rp 135.000 rupiah.
Astagfirullah..
Ya ALLAH maafkan  kami karena tidak dapat bersyukur menjaga karunia dan anugrah-Mu.  

Cucu Mahatma Gandhi


ini adalah sebuah cerita yang aku baca di buku I love u Ayah Bunda..
Semoga Bermanfaat..
Alkisah Dr Arun Gandhi cucu mahatma Gandhi ( Pada kenal kan ??) pada waktu berusia 16 tahun  pergi bersama Ayahnya ke kota Duban Afrika Selatan. Ayahnya diundang menghadiri konferensi di kota Duban. Mereka sendiri tinggal jauh di pedalaman afrika selatan yang jauhnya 18 mil dari kota Duban. Arun remaja sangat senang jika diajak ke kota karena di sana dia dapat beertemu banyak orang, saudara-saudaranya dan pergi ke pusat kota.  Karena tahu anak dan suaminya hendak ke kota, maka ibunda Arun menitipkan daftar panjang barang belanjaan yang diberikan kepada arun juga berpesan untuk memperbaiki mobil di bengkel nanti ketika sudah di kota.
Singkat cerita mereka sudah sampai di kota, di tempat undangan konferensi Ayah Arun.  “Arun nanti jemput ayah di sini jam 17.00 tepat yah jangan lupa beli titipan bunda dan antarkan mobil kita ke bengkel untuk diperbaiki” kata Ayah Arun.  “ Sip! Ayah!! Aku pasti datang tepat waktu,” jawab arun cepat dan mantap. Segera Arun pergi menyelesaikan tugas yang diberikan hingga tinggal satu tugas yaitu menunggu mobil selesai diperbaiki di bengkel. Sambil menunggu mobil selesai diperbaiki,, Arun remaja jalan-jalan ke pusat kota, dan menonton bioskop. Saking asyiknya nonton Arun lupa jam sudah menunjukkan pukul 17.30. Bergegas dia langsung pergi meninggalkan bioskop dan tancap gas eh tancap kaki,  lari maksudnya ke bengkel tempat ia memperbaiki mobilnya. Sampai di bengkel sudah menunjukkan pukul 18.00. Bergegas arun tancap gas ( yang kali ini benaran tancap gas hehe ) ke tempat dia meninggalkan Ayahnya tadi pagi.
Setelah sampai….
“ Arun, kenapa kamu datang terlambat?, tanya Ayah Arun..
Arun bingung, karena malu karena dia keasyikan nonton di bioskop..akhirnya
“ Mobilnya lama Ayah diperbaiki, jadi Arun telat datang ke sini, maaf ayah…,” jawab Arun.
Tanpa sepengetahuan Arun ternyata Ayahnya sudah menelpon bengkel tempat mobilnya diperbaiki dan Ayahnya tahu Arun berbohong.  Kemudian wajah Ayah arun menunduk dan sedih kemudian berkata “ Arun, sepertinya ada sesuatu yang salah dengan ayah dalam mendidik dalam membesarkan kamu sehingga kamu tidak punya keberanian untuk berbicara jujur kepada Ayah. Untuk menghukum kesalahan Ayah ini, biarlah ayah pulang dengan berjalan kaki, sambil merenungkan di mana letak kesalahannya”’
Lalu dengan pakaian lengkap Ayah Arun mulai jalan kaki menuju jalan pulang ke rumah. Padahal hari sudah mulai gelap, jalan  semakin tidak rata. Arun tidak sampai hati meninggalkan Ayahnya sendirian seperti itu. Namun, meskipun Ayahnya terus ditawari naik mobil, beliau tetap bersikeras untuk jalan. Akhirnya Arun mengendarai mobil secara pelan-pelan dibelakang ayahanya.  Arun sangat menyesal atas perbuatannya yang tidak jujur ke ayahnya. Tak terasa air mata Arun menitik melihat penderitaan yang yang dialami Ayahnya hanya karena kebohongan bodoh yang dilakukannya. Sungguh Arun begitu menyesali perbuatannya.
Sejak saat itu, seumur hidup Arun berjanji akan selalu berkata jujur pada siapa pun.
Apa yang terjadi seandainya saai itu, ayah Arun menghukum Arun??mungkin hanya sedikit Dr Arun Gandhi remaja akan menyadari kesalahannya. Justru dengan tindakan mengevaluasi diri yang dilakukan Ayah Arun tanpa kekerasan, memiliki kekuatan luar biasa untuk bisa mengubah Arun sepenuhnya. Dan Dr. arun Gandhi selalu ingat peristiwa itu seperti baru terjadi kemarin, “kenangnya.
Teman-teman semoga cerita ini bisa menginspirasi kita ketika adik kita, sahabat kita, teman-teman organisasi yang kita pimpin berbuat salah.  Melihat dan mengintropeksi diri sendiri adalah langkah yang bijak. Mungkin juga bisa dipraktekkan kelak ketika kita menjadi orang tua. ^^…
Smile dan terus bermanfaat menebar kebahagiaan ^_^…
Maaf klo masih acak adul tulisannya, dan susah dipahami. Namanya juga proses belajar menulis ( membela diri hehe :D) ..
                                                        
  Depok, 17 Januari 2011 di sweet kontrakan.